Monday, 14 January 2013

Sekali Berarti, Kemudian... Mati


Hidup ini anugerah sekaligus misteri.. tak ada satupun yang tahu kemana dan seperti apa kehidupan akan membawa kita. Laksana panggung sandiwara, sebagai makhluk kita berkewajiban memainkan peran sesuai skenario yang telah ditetapkan oleh Sang Sutradara kehidupan, Allah Tuhan Yang Maha Kuasa.

Setiap manusia memiliki keterbatasan dalam memahami makna hidup. Dan pada umumnya, manusia tidak mengetahui banyak hal tentang sesuatu, yang mereka ketahui hanyalah realitas yang nampak saja,

"Mereka hanya mengetahui yang lahir saja dari kehidupan dunia, sedang tentang kehidupan akhirat mereka lalai" (QS.30:7). 

Tidak ada seorang pun yang tahu berapa lama ia akan hidup, dimana ia akan mati, dalam keadaan apa ia akan mati, dan dengan cara apa ia akan mati, sebagian manusia menyangka bahwa hidup ini hanya satu kali dan setelah itu mati di telan bumi.

Mereka meragukan dan tidak percaya bahwa mereka akan dibangkitkan kembali setelah mati. Adapun mengenai kepercayaan adanya kehidupan setelah mati pandangannya sangat beragam tergantung pada agama dan kepercayaan yang dipeluk dan diyakini.

Seseorang wajib memahami hakikat hidupnya di dunia, "darimana ia berasal. untuk apa ia hidup dan bagaimana dia harus menjalani hidupnya, serta kemana ia setelah mati??" Oleh karena ini akan menentukan corak atau gaya hidup seseorang. Karena itu memahami hakikat hidup sangat penting. Mengingat, Kegagalan memahami hakikat hidup akan membuat seseorang menjalani hidup bagaikan layang-layang terputus talinya atau bagaikan kapal berlayar tanpa nahkoda.

Ada 3 hal yang bisa terjadi bila kita hidup tanpa tujuan. Pertama, hidup kita stagnan, kita tetap seperti sekarang. Kedua, kita menghabiskan banyak uang, waktu, tenaga dan pikiran, tapi kitapun tidak kemana-mana. Kita hidup tetap seperti sekarang tidak berubah. Dan yang ketiga, kita telah mengorbankan banyak hal untuk perubahan hidup, namun yang kita dapati adalha perubahan yang tidak kita inginkan atau bahkan berubah menjadi lebih buruk. Pertanyaan mendasar yang muncul kemudian adalah "Sesungguhnya apa arti hidup ini??"

Pertanyaan ini sederhana, namun saya yakin isinya pasti beragam. Bisa jadi hidup adalah Perjuangan, atau hidup adalah Tantangan, atau hidup adalah Perjalanan dan lain-lain.

Jawaban dari pertanyaan tadi bisa jadi beragam, namun ada satu hal yang perlu di perhatikan. Jawaban dari pertanyaantersebut mencerminkan keyakinan seseorang atas kehidupan. Orang yang meyakini bahwa hidup adalah perjuangan. Makadari itu hari hari dalam hidupnya akan dijalani dengan berjuan. Sedangkan orang yang meyakini bahwa hidup adalah Tantangan, akan melihat bahwa hidup yang dijalaninya adalah tantangan yang harus dipecahkan. ia akan menjalani kehidupanya dengan "Memecahkan Tantangan".

Sedangkan orang yang meyakini bahwa hidup adalah perjalanan akan melihat bahwa hidup adalah sebuah perjalanan panjang yang harus dicapai tujuanya. Maka dari itu dia akan menjalani kehidupannya dengan "Berjalan" diatasnya.

Cara seseorang meyakini kehidupan akan berimbas ke pola pikirnya. Dari pola pikir akan mempengaruhi tindakan, dan tindakan akan menghasilkan nasib. Sekarang, bagaimana kita sebagai orang beriman seharusnya memandang kehidupan??

Sehubungan dengan cara pandang tentang kehidupan, bisa kita amati adanya tiga tipe manusia :
1. Tipe Manusia Menghadapi Kehidupan
2. Tipe Manusia Menjalani Kehidupan
3. Tipe Manusia Menghidupi Kehidupan

Tipe yang pertama adalah "Menghadapi Kehidupan". Yakni menempatkan kehidupan ini sebagai sesuatu yang untuk dihadapi secara frontal, dengan gagah-berani, dengan menyingsingkan lengan-baju dan memasang kuda-kuda. Baginya kehidupan adalah sebuah tantangan, pergumulan, perjuangan bahkan pertempuran tiada henti. Dan oleh karenanya, mereka harus kuat, harus tabah, harus cerdik, sebab bila tidak, mereka bisa saja digilas habis oleh kehidupan ini.

Menghadapi kehidupan sebagai "Musuh" yang harus di tundukkan seperti ini, dengan sendirinya mereka menganut pola kalah-menang ataupun pola untung-rugi. Merekamerasakan hanya ada dua kemungkinan dalam kehidupannya : Memenangkannya atau dikalahkannya. Oleh karenanya, mereka tampak sangat dinamis, bersemangat, penuh vitalitas, sehingga hampir selalu meletup-letup dan berkobar-kobar.

Tipe yang kedua adalah "Menjalani Kehidupan", yakni menempatkan kehidupan ini sekedar sebagai suatu yang mesti dijalani. Tidak seperti yang sebelumnya, mereka tidak mengenal pola menang-kalah. Mereka tidak menempatkan kehidupan sebagai "musuh" yang harus di hadapi, melainkan sekedar untuk dijalani, dilangsungkan. Mereka inilah yang mungkin memperdagangkan slogan hidupnya sebagai "Mengalir di sungai Kehidupan, pasrah dalam menjalani kehidupan", atau yang sejenis itu.

Mereka cenderung menyelaraskan-dirinya dengan derap-langkah dan irama dari kehidupan itu sendiri, sehingga tampak harmonis dengan kehidupan. Baginya, tidak ada yang menantang pun yang perlu di tantang. Sebagai kontras dari sebelumnya, mereka hanya mengikuti kemanapun aliran kehidupan membawanya; tanpa penolakan pun pengharapan muluk-muluk, sehingga mereka bisa menerima kehidupan "Seperti apa adanya".

Sedangkan tipe yang ketiga, "Menghidupi Kehidupan", yakni memposisikan kehidupan di antara kedua tipe sebelumnya. Mereka tidak menempatkan kehidupan sebagai sesuatu yang untuk dijalani pun dihadapi , melainkan di hidupi.

Oleh karenanya, mereka terkadang bisa terlihat mengebu-gebu, penuh semangat dan vitalitas, dan terkadang bisa kelihatan adem-ayem, tanpa gairah-hidup, walaupun sebetulnya mereka penuh penghayatan akan kehidupannya pun bentuk-bentuk kehidupan lainnya.

Kebanyakan hari-hari mereka dilalui dalam keheningan. Mereka, terdiri dari para bijaksanawan, rokhaniawan, ataupun para bijaksanawan. Dan oleh karenanya lah pantas untuk "di-guru-kan". Yang seperti ini, memang sudah kian langka di dunia.

Oleh karena itu, sebagai insan hamba Tuhan kita "Diwajibkan" untuk mengaktualisasikan diri dalam segenap Karya Nyata(Amal Saleh) dalam kehidupan.

"Iskariiman au mutsyahidan"
(Hidup Sekali Penuh Arti, Kemudian Mati Dalam Keadaan Fitri)

Begitulah slogan yang sarat dengan nilai-nilai kejuangan yang telah diwariskan oleh para pejuang dan pendiri bangsa ini. Tentu dengan mengharap ridho Allah Tuhan Yang Maha Kuasa, kita berusaha menjadi pribadi mulia, mampu membangkitkan diri dan memposisikan diri untuk bermanfaat hingga akhir hayat nanti.

"Gajah mati meninggalkan gading, Manusia meninggalkan nama.."







No comments:

Post a Comment